Berikut diambil dari blog babe Kasdi... silakan dilihat
#1 Fransiska Kovinna
#2 Yohanes Febrianto
#3 Carina Eka Puspita
#4 Erryan
#5 Meilisa Susilo
#6 Dede Wiguna
#7 M. Mezal R. D.
#8 Melysa Andry
#11 Deborah Anggraini Aritonang
#12 Brian Lie
#13 Fanny Roselia
#14 Anna Stasiana Iskandar
#15 Handyanto
#16 Ghea Teresa
#17 Maria Ellsa
#1 Fransiska Kovinna
- Spoiler:
Pria Berdasi Sutera
Karya : Fransiska Kovinna / 21
Dibalik jeritan rakyat
Penuh luka dan tangis
Tanpa rumah tanpa makanan
Mengemis dengan penuh harap
Berdiri rentetan gedung bertingkat
Dengan pria berdasi sutera
Berjalan membusungkan dada
Mata tajam dan langkah tegap
Tanpa memandang kaum bawah
Harta maupun usaha
Didapat oleh pria berdasi
Mengais rejeki dibalik tangisan jelata
Menumpukkan harta diatas ratapan sedu
Hanya pria berdasi sutera
Dari kaum birokrasi
Tanpa henti menambah tambalan luka rakyat
Membuat cacat negara
Menumpuk kekayaan pribadi
Pria berdasi sutera
Memakai perhiasan permata
Dibalik kristal-kristal duka
Hanya Pria berdasi sutera
Penuh dengan senyum bertopeng
Bergelimpangan harta
Tanpa duka maupun sesal
Merampas kekayaan dunia
Palembang, 30 September 2009
Penebang Liar
Karya: Fransiska Kovinna/21
Kala itu aku masih ingat
Mengenggam erat gergaji dan kapak
Membantai pepohonan dengan mesin kejam
Tak berhati tapi menyakiti
Dengan tangan yang kuat terbakar matahari
Memanggul hasil tebangan
Dibalik rumah renyok
Ratusan kayu terhampar
Berharap bebas tapi pasrah
Bersiap untuk diangkut tanpa duka
Berhenti menatap pepohonan
Hamparan desa kecil mulai terjangkau
Pohon hijau tak tersisa
Dibalik retakan tanah mengering
Hanya kayu yang mulai lapuk
Tergeletak tanpa nyawa
Ketika banjir datang
Tenggelamlah rumahnya
Pekikan, jeritan, dan derita
Kini mulai membahana
Kini kayu lapuk terdiam
Tanpa suara maupun tanya
Hanya mampu menatap si Penebang
Dengan tubuh lemah dan deraian air mata
Terhempas air sungai
Jeritan memanggil meminta pertolongan
Kayu lapuk tetap terdiam
Mengikuti kemana arus berlabuh
Tanpa sempat menuai harapan
Pada siapa hendak berpihak
Palembang, 30 September 2009
#2 Yohanes Febrianto
- Spoiler:
Seuntai Irama Untuk Cinta
Oleh: Yohanes Febrianto(XII IPA 5, no absen : 46)
Ketika ombak mulai bernyanyi……
Aku merudung sepi, menggeliat dalam ikatan ilusi nan abadi
Hanya menari dalam purnama sunyi, perih dan penuh ironi
Menata kata dalam irama, menata hati dalam puisi
Ketika ombak mulai tertawa……
Aku terjebak dalam labirin-labirin penuh makna
Menggapai kata…. Menguatkan tanda tanya….
Berharap terbang dengan sayap-sayap langit di punggungnya…….
Ketika ombak mulai bernyanyi….
Alunan musik menata sepi, menghancurkan belenggu ilusi tak berarti
Ikut menari dalam irama mentari hati, merajai ironi dan menerbangkan mimpi
Membalut alunan kata, merias hati dalam enigma ilusi…..
Ketika ombak mulai tertawa…..
Aku berlari dalam makna….
Membuang ikatan-ikatan hiperbola
Dan memulai sebuah paradigma dangan balutan metafora….
Ketika aku mulai bernyanyi…..
Makna merangkai kata, mengikat jutaan rasa dan tertawa di atas hati
Ketika aku mulai tertawa…..
Ombak itu menyapa, membawa titik-titik makna dan menjerembabkannya dalam kuota warna nan perasa
Ketika aku mulai bernyanyi dan tertawa….
Kaki-kaki ombak memainkan biola tak berdawai yang melegenda
Ketika aku mulai tertawa dan bernyayi…..
Sayap-sayap langit menari dalam memori…
Mengikat dimensi dalam aturan kata yang abadi…
Ketika ombak tak lagi bernyanyi….
Aku meradang sunyi….
Dan ketika ombak tak lagi tertawa…..
Aku terdiam dalam frase-frase kata metafora….
Namun……
Ketika ombak mulai bernyanyi….
Ketika ombak mulai tertawa….
Ketika itulah hatiku merangkai butiran kata………. Cinta
Palembang, 30 September 2009
Pertanyaan Sang Angin
Oleh : Yohanes Febrianto(XII IPA 5, no: 46)
Saat angin bertanya…..
Dimana jiwa…dimana raga…dimana kata-kata
Mereka hanya lenyap……. Bukan termakan usia, hanya tenggelam dalam dinginnya angka-angka yang melegenda
Menarik diri dari alam…. Menutup diri dalam kelam
Kala bumi pertiwi berguncang….
Berguncang kala proklamasi berkumandang……..
Patriot-patriot itu datang….
Tanpa tangan…….
Tanpa lengan…..
Tanpa pakaian berbalut emas di badan…..
Mereka hanya datang dengan wujud yang disisahkan oleh Tuhan
Bukan kejam…. Hanya bentuk penderitaan….
Semangat mereka tak padam….
Terus menantang langit yang menari kala malam
Semangat patirot yang amat mengharukan
Terbalut dinginya bulan, termakan gulita yang menyeret kegelapan
Namun kini…. Angin bertanya….
Dimana mereka…..
Dimana semangat juang yang dahulu dikumandangkan
Dimana irama-irama teriakan yang dulu menghiasi langit petang
Dimana rasa bangsa yang dulu melintang sepanjang khatulistiwa tak terkalahkan…
Beratus atau beribu tahun yang akan datang….
Angin akan kembali mempertanyakan…..
Apakah akan hilang termakan bobroknya zaman
Atau terkikis paham global yang menerjang angan-angan
Hanya tanya angin yang sulit terjawabkan….
Pertanyaan jiwa patirot yang kini tinggal belulang
Beratus atau beribu tahun lagi….
Mungkin tak akan ada pejuang-pejuang diri
Pejuang yang mematri hidup pada ibu pertiwi..
Pejuang yang rela mati demi berkibarnya sang merah putih
Beratus atau beribu tahun lagi….
Patrotisme mungkin akan dipertanyakan hati
Pemuda-pemuda bangsa yang kini tengah tumbuh, akankan mengemban rasa ini
Ataukah mereka hanya terlena, lalu pergi dalam mimpi
Beratus atau beribu tahun lagi……
Entah apa wujud patriotisme diri…..
Menerjang lawan penuh ilusi…
Atau sekedar bertahan dalam kotak-kotak mimpi, tak pernah melihat dunia luar yang abadi….
Entah apa yang akan terjadi…..
Ketika beratus atau beribu tahun lagi….. saat patriotisme melanglang waktu
Mengukuhkan sang dimensi… dan tertawa dalam balutan abadi
Beratus atau beribu tahun lagi…
Siapa yang akah tahu..
Dimana patriotisme diriku
Dimana cinta tanah airku
Dimana bentuk ini akan lenyap, atau tumbuh dalam mimpi-mimpi…
Hanya angin yang akan mempertanyakan……
Palembang, 1 Oktober 2009
#3 Carina Eka Puspita
- Spoiler:
Indonesiaku
Karya : Carina Eka Puspita (XII.IPA.5/10)
Indonesia tanah airku tercinta
Tempat aku dilahirkan dan dibesarkan penuh dengan keragaman
Negri dengan penuh budaya
Tari-tarian terindah dari seluruh pelosok negeri
Mencerminkan budaya yang tumbuh dari hati
Ramah tamah ciri khas rakyatnya
Yang dikagumi oleh orang mancanegara
Wahai rakyat Indonesia
Bangkitlah selalu dalam mengembangkan budayamu
Agar seluruh dunia tahu betapa banyak ragam budayamu
Meski berbeda-beda tapi semuanya tetap satu
Melangkah bersama menuju Indonesia maju
Bersatu padu membanggakan negerimu
Membuat bangga negeri tercintamu
Dengan mengembangkan seni budaya Indonesiamu
Palembang,1 Oktober 2009
Hari Nan Fitri
Karya : Carina Eka Puspita (XII.IPA.5/10)
Hari nan fitri telah tiba
Hari untuk saling memaafkan
Memohon maaf kepada orang tua
dan juga handai taulan
Ampuni aku Ya Allah
Atas semua dosa yang kuperbuat
Dan semua amarah
Serta kebencian yang telah lewat
Mari kita menuju hidup yang baru
Dengan diiringi senyum berseri
Menatap indahnya langkah kakimu
Setiap langkah dengan kebersihan hati
Palembang,1 Oktober 2009
#4 Erryan
- Spoiler:
Puisi Kepahlawanan
Terima Kasih
(karya : Erryan XII IPA 5 / 18)
Hai Pahlawan
Engkau yang berjuang untuk negeri ini
Engkau yang melindungi negeri ini
Jasamu melambung tinggi
Cucuran keringat
Tumpahan darah
Tiada masalah bagimu
Semangat berjuangmu
Bagai elang yang terbang tinggi tiada henti
Pengorbananmu
Tidak ada yang bisa memperkirakannya
Engkaulah seperti Bendera Merah Putih
Merah yakni keberanianmu
Putih yaitu kesucian pengorbananmu
Tidak kenal lelahmu
Terbukti sampai detik-detik keberhasilan
Terima kasih
Atas perjuanganmu itu
Atas semua yang engkau berikan ini
---------------------------------------------
Puisi kepedulian sosial
Terdiam Terpaku
(karya : Erryan XII IPA 5 / 18)
Apa yang bisa kukatakan
Terdiam terpaku dengan kepala yang menggeleng-geleng
Dan keprihatinan yang mendalam
Saat melihat hutan yang dulu hijau
Kini gundul tak berisi
Saat mendengar bahwa pekerja asal negaraku
Dileceh dan direndahkan oleh orang negeri lain itu
Saat melihat anak-anak yang seharusnya berseragam sekolah
Berada di pinggir jalan dengan tangan meminta
Saat melihat para ibu-ibu berbisik
Kalau harga sembako kian melangit
Saat tahu bahwa korupsi
Dilakukan dari dulu tanpa henti
Saat menyadari kalau harta negara sendiri
Digali oleh negara lain
Ketika hukum
Masih belum ditegakkan
Ketika aku menyaksikan
Masih banyak orang yang tersiksa hidupnya
Apa hendak dikata
Aku tak tahu mengapa
Terlintas di pikiranku
Untuk bertanya
Kepada mereka yang berkuasa
1 Oktober 2009
#5 Meilisa Susilo
- Spoiler:
Pendidikan
Meilisa Susilo/32/XII IPA 5
Pendidikan adalah tambang perak
Tidak akan pernah kehabisan
Pendidikan adalah kunci awal kesuksesan
Pendidikan adalah ilmu murni
Tidak bisa dibeli dengan uang
Tidak bisa ditukar dengan barang
Namun harus dipupuk sebanyak-banyaknya
Pendidikan adalah yang paling kuat
Senjata yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia
Melayani dengan berbagai cara
Membuat generasi baru yang lebih berarti
Pendidikan mengajarkan bagaimana kita menjadi hebat
Bagaimana mendedikasikan dengan cara tak terbatas
Membuat keputusan dengan tepat
Mengajarkan kita untuk bernanfaat bagi orang lain
.................................
Kupu – Kupu Malam
Meilisa Susilo/32/XII IPA 5
Terang siang bergeser digantikan gelap malam
Gemerlap malam hadir dengan beribu kehidupan
Kupu – kupu terbang sesuai arah angin berhembus
Seakan tidak tahu arah yang dilewati
Menuggu kedatangan seorang pria yang menghampiri
Dengan pakaian yang menggugah hasrat
Dengan dandanan yang begitu mempesona
Tanpa malu menawarkan tubuhnya di tengah keheningan malam
Menjual tubuh demi selembar uang
Walau hinaan dan caci maki datang menghampiri
Ia tetap tegar menjalani
Ia tetap setia dengan pekerjaannya
Ia tahu ini dosa, ia tahu ini hina
Hanya penyesalan tiada ujung yang hadir
Terdiam, merenungi nasib yang hina ini
Menangis, meratapi dosa yang ia tuai
Moral pun hilang
Kehormatan diri lenyap
Ini kisah nyata
Krisis moral yang melanda kupu – kupu malam
2009 Oktober 1 05:17
#6 Dede Wiguna
- Spoiler:
Nada Kemiskinan
Karya: Dede Wiguna / 15
Nada yang rendah sekali
Jatuh selalu ke hati sunyi
Yang mendengar hanya telinga hati
Tak sampai akhir kami sudah mati
Tapi kami tak mati-matian
Tuan tak pernah mendengar lagu ini
Sejak lama sekali kami sudah menyanyi
Mengenang susah, hidup payah
Tuan tutup telinga, mulut dan mata
Tuan cuma ingin cepat pergi
Kami tak bisa memandang nasib negeri ini
Kala hidup menjelang pelukan mati
Tak ada yang menanti
Tak ada yang ingin bertemu lagi
Nada-nada yang menghampiri
Membekas di hati manusia
Menghadapi bayangan nada yang menghantui
Yang tersisa hanyalah nada kemiskinan
Palembang, 1 Oktober 2009
Kemerdekaan
Karya: Dede Wiguna / 15
Bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam
Bersembunyi di bawah bukit dan benteng
Bagaimana jantung kalian berdebar
Ketika iringan kendaraan itu menghampiri kalian
Lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru
Dan kalian terjatuh ke tanah berlumur darah
Di atas tanah berumput terbaring beku
Terpaku pada ilalang yang bergoyang
Bagaimana kalian dengan baju kumal
Baju yang compang camping
Menyandang karaben Jepang
Di barisan-barisan terdepan
Bagaimana kalian terpelanting
Dari tebing-tebing pertempuran
Bagaimana kalian menyerbu tank
Dengan bambu runcing
Bagaimana kalian bertahan habis-habisan
Ketika dikepung musuh di segala penjuru
Bagaimana kalian mengunci rapat rahasia
Dalam mulut yang teguh membisu
Bagaimana peristiwa itu berlangsung
Pastilah suatu memori yang agung
Kemerdekaan yang telah kalian rebut
Kemerdekaan yang kalian wariskan kepada kami penerus bangsa ini
Palembang, 1 Oktober 2009
#7 M. Mezal R. D.
- Spoiler:
Hutan
Karya : M.Mezal R.D./29
Hutanku yang malang
Kini kau tlah menghilang
Semua karena kami
Yang tidak mau mengerti
Betapa pentingnya keberadaanmu
Keu mencegah erosi
Kau mencegah banjir
Kau menyediakan mata air
Tapi apa yang kami lakukan
Menebang pohon
Membakar hutan
Memburu hewan
Kita tidak boleh tinggal diam
Tanpa ada tindakan
Kita harus melakukan penghijauan
Dengan mulai menanam
Harusnya kita sadar
Betapa pentingnya penghijauan
Agar hutan kembali bersinar
Demi kepentingan di masa depan
..........................................................
Wakil Rakyat
Karya : M.Mezal R.D./19
Wakil rakyat...
Kalian kumpulan orang hebat
Orang-orang berpendidikan
Orang-orang yang berjiwa pemimpin
Kalian penyalur hati kami
Yang belum menerima keadilan
Yang masih membutuhkan perhatian
Dari pihak yang berwenang
Kalian dipilih bukan dengan undian
Bukan karena penyogokan
Tapi karena kami percaya
Kalian mau membela kami disini
Tapi apa yang terjadi
Kalian malah korupsi
Tanpa memikirkan kami
Yang berjuang demi sesuap nasi
Seperti kata bung Iwan
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Bukan mencari emas berkarat
Sedangkan kami melarat
Harusnya kalian sadar
Tindakan kalian tidak benar
Dan kalian harus banting tulang
Agar semua menjadi benar
#8 Melysa Andry
- Spoiler:
Pendidikan Mereka
Karya : Melysa Andry (XII IPA 5 / 35 )
Mereka merasa perkasa
Berada di kelompok paling kuat
Tidak ada yang berani melawan
Mereka merasa sempurna
Mempunyai raga kuat
Mampu menembak orang tak mereka suka
Mereka tak sadar
Mereka belum sempurna
Pendidikanlah yang tak mereka punya
Pendidikan adalah kunci kehidupan
Pendidikan adalah kekuatan meraih cita
Pendidikan membutuhkan proses belajar
Bukan didapat dari pisau dan senjata
Pendidikan akan membawa mereka ke tempat yang tinggi
Bukan membawa mereka ke balik jeruji besi
Bukan pula membawa mereka ke pengadilan negeri
Sebagai pembunuh tingkat tinggi
Bila mereka terus berada di kelompok itu
Mereka akan hidup dengan kutukan
Menemukan penyesalan selamanya
Palembang, 1 Oktober 2009
__________________________________
Krisis Moral Generasi Muda
Karya : Melysa Andry (XII IPA 5 / 35 )
Di era globalisasi ini
Kriminalitas terjadi dimana-mana
Pergaulan bebas, peredaran narkoba, dan pemerkosaan meraja lela
Setiap saat, kejahatan dapat terlihat indera
Namun, tak ada yang mampu melihat
Moral generasi muda yang sedang dijajah
Generasi muda yang merupakan aset bangsa
Gengerasi muda yang merupakan harapan orang tua
Terjerumus dalam krisis moral yang tak terbendung
Generasi muda menghalalkan semua cara
Demi kepuasan mereka sendiri
Generasi muda yang hanya menuntut hak
Namun tak sekalipun melakukan kewajiban
Tak ada lagi rasa peduli
Tak ada lagi rasa berbagi
Tak ada lagi rasa gotong royong
Tak ada lagi semangat membangun bangsa
Sampai kapankah harus begini ?
Sampai kapankah ini semua akan berakhir ?
Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Palembang, 1 Oktober 2009
- Spoiler:
Tangis Dalam Sujudku
Karya: Amelia Sevira (XII P 5 / 04)
Perlahan-lahan air mata itu tumpah ..
Menetesi paras melampaui batas ..
Terus mendesak tanpa kenal lelah ..
Seakan-akan berteriak dengan ganas ..
Perlahan-lahan air mata itu jatuh ..
Jatuh tak tertahankan menembus batin ..
Terus bergemuruh ,
Memaksa hidup di jiwa yang lain ..
Perlahan-lahan air mata itu kembali jatuh ..
Menyusuri paras yang mulai merona ..
Bak api yang menyala di suluh ..
Selalu menjawab resah akan gelapnya fana ..
Sungguh , jiwa ini tak mampu bertahan ..
Terus terbeban atas segala macam maksiat ..
Sungguh , batin ini sulit melawan ..
Tak mampu menyesali segala dosa yang berat ..
Betapa gundahnya hati ini ..
Sungguh tak mampu lagi terasa ..
Hanya ada galau dan sunyi ..
Yang selalu menjauh dari asa ..
Tuhan ..
Ampuni semua dosa hamba-Mu ini ..
Ampuni hamba dari segala macam siksaan ..
Ampuni hamba yang tak sempurna ini ..
Tuhan ,
Dalam sujudku aku berdoa ..
Berharap segala penyesalan ,
Tergantikan dengan keridhoan ..
Palembang , 01 Oktober 2009
Puisi Sang Merah Putih
Karya: Amelia Sevira (XII P 5 / 04)
Ketika Sang Merah Putih menyibakkan keberanian ..
Bersama seruan dan hembusan angin ..
Diiringi untaian lagu kebangsaan ..
Hanya ada haru yang terus terbenam ..
Hati tak mampu menahan gelora ..
Ketika Sang Merah Putih berkibar ..
Dengan asa yang yang mulai bersinar ..
Bagai gejolak yang semakin berkobar ..
Hanya ada rasa bangga yang mulai terpatri ..
Jiwa seakan ikut berseri ..
Dalam senja ia berseru ..
Dalam diam ia berlagu ..
Dalam duka ia tak pernah mengadu ..
Ia tak akan pernah mengeluh ..
Dari segala lara dan pilu ..
Inilah untaian puisi cinta ..
Rasa cinta terhadap tanah air ..
Rasa cinta terhadap hamparan pulau biru ..
Rasa suka dalam nuansa kemerdekaan ..
Seakan-akan menyatu dan menjadi candu ..
Inilah untaian bait-bait kagum ..
Rasa kagum terhadap nusa dan bangsa ..
Rasa haru yang bernaung di singgasana batin ..
Rasa bangga yang tak akan pernah terganti ..
Terus menyatu dalam diri ..
Biar , biarkan Sang Merah Putih terus berkibar ..
Agar Indonesia pertiwi , tetap abadi ..
Biar , biarkan Sang Merah Putih tersenyum ..
Agar Indonesia yang kita cintai ..
Selalu ada di dalam hati ..
Palembang , 01 Oktober 2009
- Spoiler:
Rakyat Kecil
Karya : Cindy ******* / 12
Adil..
Beradab..
Inti dari kemanusiaan..
Isi pancasila,
Ideologi negara kita
Hal dasar yang wajib kita lakukan
Terpenting bagi kita semua..
Sayangilah sesama kita
Tanpa terkecuali
Hidupkanlah semangat Pacasila
Kita harus bersatu
Satu sama lain..
Jangan pernah diam
Melihat rakyat kecil
Yang tertindas..
Janganlah kita tertawa..
Janganlah kita merasa bahagia..
Dalam penderitaaan mereka
Karena bantuan kita,
Mereka dapat tersenyum kembali
Menghadapi kejamnya hidup ini
Palembang, 30 September 2009
-----------------------------------------
Pahlawan-ku
Karya : Cindy ******* / 12
Pejuang-ku..
Yang begitu ku hormati
Yang begitu ku hargai
Banyak hal yang engkau lakukan..
Demi kami semua
Para penerusmu ini..
Akan kami teruskan
Perjuangan yang belum selesai ini..
Dengan kemampuan kami,
Dengan semangat dan kekuatan kami..
Karena tanpa kalian,
Kami tidak akan merasakan
Kebahagiaan,
Kemerdekaan,
Kedamaian..
Yang sekarang kami rasakan..
Terima kasih Pahlawan-ku
Palembang, 30 September 2009
#11 Deborah Anggraini Aritonang
- Spoiler:
Deborah Anggraini Aritonang / 14
Pahlawan Si Jago Merah
Kau datang bak superman
Siap membuat lawanmu mundur
Kau datang bagaikan ksatria berjubah
Dengan segala keberanian dan kegagahan
Kau datang layaknya malaikat
Siap menolong mereka yang menjadi korban
Sayangnya kau bukan superman
Bukan pula ksatria berjubah
Apalagi seorang malaikat
Kau bahkan tidak memiliki jubah atau sayap
Jiwa tulus itulah yang kau punya
Kau tegak dengan kokoh
Kau tantang si jago merah
Selang panjang jadi andalanmu
Seragam lusuh pun menemanimu
Dalam tugas menaklukkannya
Nyawa-nyawa itu
Kau selamatkan satu per satu
Tak peduli nyawa taruhannya
Tak peduli peluh keringat yang menetes
Tak peduli bahaya si jago merah
Ketika kau berhasil taklukkan dia
Semua sorot mata tertuju padamu
Menggambarkan kelegaan
Sebagai isyarat ungkapan terima kasih
Kau pulang dengan mobil merahmu
Keletihan menemanimu
Dalam perjalanan panjang
Menuju peristirahatan yang tenang
Di balik semua itu
Puluhan bahkan ratusan bibir
Tengah memanjatkan doa kepada Dia
Berterimakasih atas pengorbananmu
Berterimakasih atas jerih payahmu
Berterimakasih atas segala tetes keringatmu
Yang terus terlantun hingga suara sirine lenyap
---------------------------------------------
Deborah Anggraini Aritonang / 14
Air Mata Sang Gadis
Gadis..
Kau masih begitu muda
Begitu belia, begitu putih
Tubuhmu masih begitu kecil
Tanganmu pun masih terlalu halus
Sifatmu masih terlalu polos
Di usia dini
Kau harus banting tulang di negeri orang
Kau merpertaruhkan nasib
Hanya demi segenggan uang
Untuk keluarga di rumah
Tapi, apa yang kau dapat?
Hinaan, siksaan, makian
Dari orang tak beradab
Dari orang tak berakal
Dari orang tak berahlak
Gadis..
Kau tetap diam
Kau hanya pasrah
Hanya dapat berpasrah pada-Nya
Menanti secercah harapan
Agar dapat kembali ke tengah keluarga
Sampai kapan kita hanya diam?
Sampai kapan kita hanya jadi penonton?
Sampai kapan kita hanya berkata-kata?
Sampai kapan kita hanya duduk?
Perbuatan yang perlu bukan yang lain
Selamatkan teman kami
Selamatkan saudara kami
Saudara sebangsa
Saudara setanah air
Saudara satu Bumi Pertiwi
Jemput dia, kembalikan dia
Supaya ia dapat kembali
Kembali ke bangsanya
Kembali ke tanah airnya
Kembali ke Bumi Pertiwinya
Kembali ke hadapan keluarganya
Agar air mata itu
Tidak terbuang sia-sia
2009 Oktober 1 07:14
#12 Brian Lie
- Spoiler:
Bayang-bayang Negeriku
Karya: Brian Lie / 09
Inilah tanah airku sekarang
Yang selalu dipuja-puja setiap orang
Tempat di mana aku sekarang dengan bangga membelanya
Pulau-pulau yang terpisah
Mereka semua bersatu teguh
Di cengkraman Sang Garuda
Beragam budaya, suku, dan agama
Mereka semua bersatu teguh
Di bawah kibar Sang Saka
Tuhan telah memberi kita karunia
Hari baru sedang dimulai
Matahari pagi telah terbit
Bangsa baru telah bangkit
Pernahkah muncul pertanyaan
Mengapa bukan dari dulu bangsa kita bersatu
Mengapa harus melalui derita
Muncul rasa persatuan
Sebanyak apa yang kita tahu
Tentang perjuangan leluhur kita
Tidak dapat kita bohongi diri kita sendiri
Benar bahwa semangat itu
Semangat para leluhur kita
telah jauh memudar di dalam diri kita
Bangsaku telah kehilangan cahayanya
Saat hari menjelang sore
Saat matahari pun segera lelap
Tiba-tiba negeriku menangis
Ada apakah gerangan
Tuhanku telah mengirimkan cobaan
Tanah airku terkena bencana
Saat di mana cobaan menghampiri
Saat inilah hati seluruh bangsa tergerak
Hanya pada saat sesama menderitalah
Semangat itu kembali
Semangat bersatu teguh menolong sesama
Meski cobaan tak hentinya datang menghampiri
Inikah yang direncanakan Tuhanku
Mengembalikan semangat cinta tanah air
Yang telah lama memudar di hati kita
Inilah tanah airku sekarang
Yang dulu selalu dipuja-puja setiap orang
Tempat di mana aku sekarang iba melihatnya
Palembang, 1 Oktober 2009
================================
Tuhanku
Karya: Brian Lie / 09
Tuhanku
Aku datang kepada-Mu
Akulah hamba-Mu yang paling hina
Yang telah meninggalkan-Mu
Tuhanku
Sekarang aku telah mengerti
Segala sesuatu yang telah kulakukan
Akan berakhir begitu saja
Tuhanku
Engkau telah membuka mataku
Engkau telah datangkan cobaan berat
Engkau telah membuat kami menyadari
Betapa besar kuasa-Mu atas manusia
Tuhanku
Kehendak-Mu adalah perintah bagiku
Seluruh jiwa raga ini
Seluruh yang kupunya ini
Telah kuserahkan kepada-Mu
Aku telah berserah diri kepada-Mu
Tuhanku
Raja di bumi dan si sorga
Hanya kepada-Mu lah aku bersujud
Aku tidak dapat mengelak
Tuhanku
Kembalikanlah aku ke sisi-Mu
Supaya aku dapat memuliakan nama-Mu
Sampai waktuku berakhir
Palembang, 1 Oktober 2009
#13 Fanny Roselia
- Spoiler:
Siapa Mereka?
Karya : Fanny Roselia (XII IPA 5/19)
Malam makin larut
Memaksaku untuk menutup tirai kedua mataku
Aku terlelap dalam suasana gelap
Membuatku meninggalkan segala keletihanku
Kebisingan memaksaku untuk bangkit
Bangkit dari tempatku berpijak
Semakin lama aku semakin sadar
Tempat ini bukanlah tempat biasa
Aku termenung menatap sekelilingku
Banyak orang
Dengan tekad yang berkobar-kobar
Meneriakkan “MERDEKA!MERDEKA!”
Semua ini mengingatkanku
Pada suatu masa
Begitu jauh
Dan tak pernah terbayangkan olehku
Semua orang bersenjata
Wajah mereka tegang
Peluh mereka bercucuran
Siap membunuh lawan yang mendekat
Mereka merebut apa yang menjadi milik mereka
Mereka berjuang tanpa henti
Tanpa mengenal lelah
Tanpa mengenal waktu
Jiwa dan raga mereka korbankan
Tanpa mengharap kembali
Semua ini demi Tanah Air
Bumi pertiwi yang membesarkan mereka
Kusebut mereka pahlawanku
Pejuang negeri yang tak bisa tergantikan
Yang akan kukenang selamanya
Meskipun waktu terus bergulir
Akankah ada penerus seperti mereka?
Yang rela mengorbankan diri demi Tanah Airku
Tempatku berpijak dan menguntai rantai kehidupan
Ialah Indonesiaku
Palembang, 2 Oktober 2009
------------------------------
Negara Sampah
Karya : Fanny Roselia (XII IPA 5/19)
Hei, Dunia….!
Lihatlah negeri ini!
Rapikah?
Indahkah?
Atau…sebaliknya?
Sebelum bersuara…buka mata Anda..
Pilar-pilar gedung berbaris rapi
Mengisyaratkan sebuah kota MAJU
Tetapi..
Kenapa banyak yang Masuk Jurang?
Inikah makna MAJU itu?
Negara kita negara Kaya
Kaya sumber alam
Kaya bahan pangan
Tapi, juga kaya orang miskin
Lantas… Pantaskah kita sebut kaya?
Sedikit perhatian negara ke mereka
Sedikit juga kasih orang besar ke yang kecil
Ringis tangisan derita mereka emban
Membawa amarah yang menumpuk di dada
Dan berteriak “Dimana hati kalian?”
Orang-orang miskin tersurat di sepanjang sejarah,
Bagai bahan penting yang harus diingat
Bagai sesuatu yang harus diharga
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
Tertuju ke dada kita,
Atau ke dada mereka sendiri.
O, renungkanlah :
Orang kecil abu-abu
Juga berasal dari kemah Ibrahim
Palembang, 2 Oktober 2009
#14 Anna Stasiana Iskandar
- Spoiler:
Tanah Airku
Karya :Anna Stasiana Iskandar
Nomor Absen : 07
Disinilah aku dilahirkan
Disinilah aku dibesarkan
Disinilah aku banyak belajar
Disinilah tanah airku
Tanah airku tempat yang kucinta
Tanahnya menjadi tempat kehidupan
Terus bersamaku hingga aku tumbuh dewasa
Terus menjadi pendampingku saat aku merasa sendirian
Begitu banyak kenanganku bersamamu
Begitu banyak kisah dan kejadian yang kita alami
Bersamamu hidupku menjadi lebih berwarna – warni
Bersamamu aku melangkah untuk maju
Tanah airku…
Engkau kusayang
Engkau kucintai
Sepenuh hatiku
Kadang aku bertanya,
Apa yang terbaik untukmu tanah airku?
Dan aku tahu,
Yang terbaik untukmu adalah engkau dicintai oleh seluruh bangsa
Aku tahu,
Engkau selalu berharap agar seluruh bangsa menghormatimu
Agar seluruh bangsa menyayangimu
Tapi ada segelintir orang yang mengecewakanmu
Mengecewakanmu hingga menusuk hati
Tapi engkau tetaplah tanah air yang kucintai
Setiap langkahku, kemana pun itu
Aku selalu mengingatmu
Dan tak akan melupakanmu
Walau aku akan pergi jauh
Tapi aku akan selalu mengingatmu
Di setiap langkah demi langkah yang kutempuh
Penuh peristiwa di tanah airku ini
Penuh warna–warni yang menghiasi
Dari warna-warni itulah pesonamu berkilau
Dari kilaumu aku memulai
Saat pertama kemerdekaan dikumandangkan
Bendera merah putih pun dikibarkan
Semua itu tertanam tepat di atas tanah airku
Yang menjadi pusat kebanggaanku
Jayalah selalu tanah airku
Karena engkaulah panutanku
Baik di dalam hidupku
Maupun ketika aku menempuh cita-citaku
Palembang, 02 Oktober 2009
------------------------------------------
Arti Sebuah Kehidupan
Karya :Anna Stasiana Iskandar
Nomor Absen : 07
Hidup…
Apa arti hidup?
Dan apa pula arti dari kehidupan?
Banyak kata yang mewakili arti tersebut
Namun…
Hanya satu jawaban
Hidup itu adalah anugerah dari Tuhan
Anugerah yang paling indah
Bagaimana hidup itu kita jalani?
Penuh liku dan tantangan serta badai
Diliputi cobaan dan godaan
Namun tetap kita jalani
Semua kisah yang kita jalani
Telah terukir indah hingga akhir hayat
Sampai pada waktunya nanti
Tetap akan terkenang sampai mati
Tuhan itu Maha Tinggi
Tuhan juga yang paling mengerti
Tuhan mengetahui apa yang kita butuhkan
Dan Tuhan tahu apa yang kita inginkan
Tuhan bukan pesulap
Tuhan juga bukan penyihir
Yang dapat mengubah sesuatu dengan tongkatnya
Yang dapat mengubah sesuatu dengan mengucapkan mantra
Tuhan ingin yang terbaik di dalam hidup kita
Maka kita pun harus memberikan yang terbaik untuk Tuhan
Walau Tuhan tak pernah memintanya
Namun tetap harus kita lakukan
Tuhan…
Engkau Maha Pengampun
Engkau mengampuni semua orang berdosa
Walau kami seringkali jatuh
Tetapi Engkau tak pernah lelah mengulurkan tangan-Mu
Maafkan kami, Tuhan…
Walau kami seringkali jatuh dalam jurang kegelapan
Tapi kami terus percaya dan berusaha
Agar kami dapat terbebas dari labirin kehidupan ini
Palembang, 02 Oktober 2009
2009 Oktober 2 00:07
#15 Handyanto
- Spoiler:
Nasib Lingkunganku
Karya :Handyanto
Nomor Absen : 25
Kutatap tanah hijau luas membentang.
Kulihat burung-burung terbeng berkeliaran.
Suara air bagaikan musik yang berdendang.
Menyejukkan hati yang penuh beban.
Pohon-pohon tinggi menjulang.
Melindungi ku dari panas sang surya.
Kubaringkan tubuhku di rumput yang gersang.
Sambil merasakan keindahan tatasurya.
Angin lembut datang membelai.
Harum bunga masuk menenangkan pikiran.
Membangunkan tubuhku yang lunglai.
Membukakan mataku tentang keindahan.
Tangan-tangan kotor merusak mereka.
Pohon,bunga,udara bersih...seakan musnah dalam keheningan.
Keindahan yang pernah kurasa,seakan menjadi neraka.
Padahal mereka ada untuk semua insan.
Perlahan tapi pasti.
Lingkungan indah telah tiada.
Menyesalpun tak ada arti.
Saat hujan tak ada lagi yang menada.
Lingkungan bagai sesuatu yang tak tergantikan.
Mereka ada untuk semua insan.
Darat,air,udara..semua butuh lingkungan.
Hancurnya lingkungan,merupakan kehancuran bagi semua insan.
Air mata seakan tak tertahan.
Melihat lingkungan diambang kehancuran.
Palembang,02 Oktober 2009
----------------------------------------
Kinerja Pemerintah
Karya : Handyanto
Nomor Aben : 25
Pemerintah....
Pemerintah dibentuk oleh rakyat.
Kebijakan-kebijakn dibuat untuk kita.
Segalanya sudah tersirat.
Mereka melakukan yang terbaik untuk kita.
Bagaikan langit dan awan.
Langit selalu melindungi awan.
Namun seringkali langit menyakiti awan.
Begitu juga sikap pemerintahan...
Kelambanan pemerintah seakan menjadi duri.
Kesalahan-kesalahan menjadi tak berarti.
Hukum yang telah dibuat seperti kehilangan jati diri.
Cara kerja pemerintah mulai kehilangan arti.
Kini masyarakat hanya bisa menanti.
Berharap pemerintah membenah diri.
Membentuk kembali sistem pemerintahan yang sejati....
Bukan sekedar teori namun kemauan dalam diri..
Palembang,2 Oktober 2009
#16 Ghea Teresa
- Spoiler:
Tidur Pun Digaji
Karya : Ghea Teresa / 24
Sejatinya..
Mereka adalah alat rakyat,
tunduk pada rakyat
Bukan hanya melalaikan kewajiban,
namun juga melupakan tujuan mereka
Ketidakdisplinan
Keberbelitan
Dan pemborosan
Telah menjadi semboyan mereka
Semboyan untuk mewujudkan Indonesia
yang penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme
Ratusan kursi panas yang mereka perebutkan
Hanyalah unuk ketenaran belaka
Kursi-kursi itu hanya dapat diam membisu
Memperhatikan diri mereka dihinggapi sarang laba-laba dan debu
Apa sih yang ingin mereka capai?
Tidur pun digaji
Wajar banyak rakyat yang ingin memperebutkan kursi panas itu
Tak perlu bekerja
Tapi dapat uang
Sudahla...
Rakyat kecil seperti kita
Hanya mereka anggap sampah
suara kita hanya angin yang bertiup lembut di telinga mereka
Sekarang,
Kita hanya bisa berdiam diri..
Menunggu...
Kembalinya para birokrat yang waras
Palembang, 2 Oktober 2009
-------------------------------------------------
Lautan Sampah
Karya : Ghea Teresa / 24
Tangan keatas
Mata tertutup
Dan diam membisu
Hanya itukah yang kita bisa?
Tak menoleh sedikitpun
Seolah-olah tak mau tahu
Kemanakah bangsa Indonesia yang dulu?
Bangsa yang menyayangi negri ini
Dibalik pintu peti kah mereka?
Dari sabang sampai merauke
Terbentang lautan sampah
Memberikan aroma disetiap sisinya
Tangan-tangan lusuh dan keriput
Mengangkat dan membakar
Demi mendapatkan sesuap nasi
Akankah sampah menjadi bagian hidup rakyat?
Kitalah rakyat..
Hanya kita yang dapat menjawab
Dan menentukan nasib negeri ini
Palembang, 2 Oktober 2009
#17 Maria Ellsa
- Spoiler:
Tentang Guru
Karya: Maria Ellsa Primayana/31
Banyak yang bilang guru itu payah
Pagi sore bekerja tanpa mengenal lelah
Hanya demi satu tujuan
Untuk mensukseskan kehidupan bangsa
Banyak yang bilang guru itu susah
Pagi sore bekerja gaji tak seberapa
Namun bukan itu yang dituju
Kepuasan batinlah yang dicapai
Aku bilang guru itu senang
Mengajar tak kenal lelah
Memberi ilmu pengetahuan
Ilmu yang takkan pernah pudar
Aku bilang guru itu murah hati
Susah payahnya kadang tak terliput
Semangatnya bagai api yang berkobar
Membakar semangat para muridnya
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Jasanya tak pernah mengharapkan pamrih
Lelahnya menghasilkan bunga bangsa
Bunga bangsa demi masa depan
Palembang, 2 Oktober 2009
-------------------------------------
Rumahku Rumah Kardus
Karya: Maria Ellsa Primayana/31
Ditempat ini aku berteduh
Menghindar dari teriknya matahari
Menghindar dari rintiknya hujan
Mengindar dari dinginnya angin
Ditempat ini aku bernaung
Mengukir kenangan indah
Yang tak terlupakan
Disini kujalani hari-hari bahagia
Ditempat ini aku tidur
Melepas semua lelah dan penat
Berharap esok kan lebih cerah
Menatap masa depan nan indah
Namun semua tak sesuai harapan
Tak sesuai dengan kenyataan
Disini aku bernaung
Dirumahku rumah kardus
Palembang, 2 Oktober 2009
Terakhir diubah oleh Exterminator Hexapoda tanggal Sat Oct 03, 2009 7:28 pm, total 3 kali diubah